Manusia dan Pandangan Hidup

PENGERTIAN PANDANGAN HIDUP

kaca-pembesar.jpg (600×428)Setiap  manusia  mempunyai pandangan  hidup.  Pandangan hidup itu bersifat  kodrati. Karena  itu ia menentukan masa  depan  seseorang. Untuk  itu perlu  dijelaskan  pula apa arti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah menurut  waktu  dan tempat hidupnya.



Pandangan   hidup  banyak  sekali  macamnya   dan  ragamnya,   akan  tetapi  pandangan hidup  dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam  :

(A)  Pandangan hidup yang berasal dari agama  yaitu  pandangan  hidup yang mutlak kebenarannya

(B) Pandangan  hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan nonna yang  terdapat  pada  negara  tersebut.

(C)  Pandangan  hidup  hasil  renungan  yaitu pandangan  hidup yang  relatif kebenarannya.

Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu  organisasi, maka  pandangan  hidup  itu disebut  ideologi.  Jika  organisasi  itu organisasi politik,  ideologinya disebut  ideologi  politik.  Jika organisasi  itu negara,  ideologinya  disebut ideologi  negara. Pandangan   hidup  pada  dasarnya  mempunyai   unsur-unsur  yaitu  cita-cita,  kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan  yang tidak terpisahkan.  Cita – cita  ialah apa yang diinginkan  yang mungkin  dapat  dicapai  dengan usaha  atau perjuangan.  Tujuan  yang  hendak  dicapai  ialah kebajikan,  yaitu  segala  hal  yang baik yang membuat  manusia makmur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan  adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan  jasmani,  dan kepercayaan  kepada  Tuhan.

CITA-CITA

acita.jpg (550×415)Menurut   kamus  umum  Bahasa Indonesia,  yang  disebut  cita-cita adalah  keinginan, harapan, tujuan yang  selalu  ada  dalam  pikiran. Baik  keinginan,  harapan,  maupun tujuan merupakan apa yang  mau diperoleh  seseorang  pada  masa mendatang.   Dengan demikian cita-cita merupakan pandangan masa depan, merupakan  pandangan hidup yang akan datang. Pada umumnya cita-cita merupakan  semacam  garis linier  yang  makin  lama  makin tinggi, dengan perkataan  lain:  cita-cita  merupakan  keinginan, harapan, dan  tujuan  manusia yang makin tinggi tingkatannya.

Apabila  cita-cita  itu tidak mungkin  atau belum mungkin  terpenuhi,  maka  cita-cita  itu disebut angan-angan.  Disini persyaratan dan kemampuan  tidak/belum  dipenuhi  sehinga  usaha untuk mewujudkan  cita-cita  itu tidak mungkin  dilakukan.  Misalnya  seorang anak bercita-cita ingin menjadi  dokter,  ia belum  sekolah,  tidak mungkin  berpikir  baik,  sehingga  tidak  punya kemampuan   berusaha  mencapai  cita-cita.  Itu baru dalam  taraf  angan-angan.

Faktor  manusia  yang mau mencapai  cita-cita  ditentukan  oleh  kualitas  manusianya. Ada orang yag tidak berkemauan, sehingga apa yang dicita-citakan hanya merupakan  khayalan saja. Hal demikian banyak menimpa anak-anak muda yang memang senang berkhayal, tetapi sulit mencapai apa yang dicita-citakan karena kurang mengukur dengan kemampuannya sendiri. Sebaliknya dengan anak  yang  dengan  kemauan  keras  ingin  mencapai apa yang  di cita-citakan, cita-cita merupakan motivasi  atau  dorongan dalam menempuh hidup untuk mencapainya. Cara keras dalam mencapai cita-cita merupakan  suatu perjuangan  hidup yang bila berhasil  akan  menjadikan dirinya puas.

Faktor kondisi yang mempengaruhi tercapainya cita-cita, pada umumnya dapat disebut yang menguntungkan dan yang menghambat. Faktor yang menguntungkan merupakan kondisi yang memperlancar tercapainya suatu cita-cita. Sedangkan faktor yang menghambat merupakan kondisi  yang  merintangi  tercapainya  suatu cita-cita,  Misalnya  sebagai  bcrikut  :

Amir dan Budi adalah dua anak pandai dalam satu kelas, keduanya bercita-cita menjadi sarjana. Amir anak orang  yang cukup kaya, sehingga dalam mencapai cita-citanya tidak mengalami hambatan. Malahan dapat dikatakan bahwa kondisi ekonomi orang tuanya merupakan faktor yang menguntungkan  atau memudahkan  mencapai cita-cita si Amir.Sebaliknya dengan Budi yang orang tuanya ekonominya     lemah, menyebabkan ia tidak mampu mencapai cita-citanya. Ekonomi orang tua Budi yang lemah merupakan  hambatan bagi  Budi dalam  mencapai  cita-citanya.

KEBAJIKAN

Kebajikan  atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan  kebaikan pada hakekatnya sarna dengan perbuatan  moral, perbuatan  yang sesuai dengan norma-norma   agama dan etika. Manusia berbuat  baik, karena menurut  kodratnya  manusia  itu baik, mahluk  bermoral. Atas  dorongan  suara hatinya  manusia  cenderung  berbuat  baik.

Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu manusia sebagai  mahluk pribadi, manusia  sebagai  anggota masyarakat,dan manusia sebagai  mahluk Tuhan.

Kebajikan  manusia  nyata dan dapat dirasakan  dalam tingkah  lakunya.  Karena  tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri, sehingga tingkah  laku setiap  orang  berbeda-beda.

Faktor-faktor yang menentukan tingkah laku setiap orang ada tiga hal. Pertama faktor pembawaan (heriditas)  yang telah ditentukan pada waktu seseorang masih dalam kandungan. Pembawaan merupakan  hal yang diturunkan  atau dipusakai  oleh orang  tua. Tetapi  mengapa mereka  yang saudara sekandung  tidak memiliki pembawaan  yang sama?  Hal itu disebabkan, karena  sel-sel benih  yang mengandung  faktor-faktor  penentu  (determinan)  berjumlah  sangat banyak: pada saat konsepsi  saling berkombinasi dengan cara bermacam-macam sehingga menghasilkan   anak  yang bermacam-macam juga (prinsip  variasi  dalam  keturunan). Namun mereka yang  bersaudara memperlihatkan kecondongan  kearah  rata-rata,  yaitu  sifat  rata-rata yang dimiliki oleh mereka yang saudara sekandung  (prinsip regresi filial). Pada masa konsepsi atau  pembuahan   itulah  terjadi pembentukan  temperamen  seseorang.

Faktor  kedua  yang  menentukan tingkah laku seseorang  adalah  Iingkungan (environ­ment). Lingkungan   yang  membentuk  seseorang  merupakan   alam  kedua    yang  terjadinya setelah seorang  anak  lahir  (masa  pembentukan seseorang  waktu  masih  dalam  kandungan merupakan alam  pertama ). Lingkungan membentuk  jiwa seseorang   meliputi  lingkungan keluarga,  sekolah, dan masyarakat. Dalam lingkungan  keluarga orang tua maupun  anak -anak yang  lebih  tua merupakan   panutan  seseorang,  sehingga  bila yang dianut sebagai teladan berbuat yang baik-baik, maka si anak yang tengah membentuk  diri pribadinya  akan baik juga. Dalam lingkungan sekolah yang  menjadi   panutan   utama adalah guru, sementara  itu teman-teman sekolah ikut serta memberikan andilnya. Dalam lingkungan sekolah tokoh panutan seorang  anak  sudah  memiliki posisi  yang  lebih luas dibandingkan   dengan  dalam  keluarga. Pembentukan    pribadi  dalam sekolah   terjadi  pada  masa  anak-anak   atau  masa sekolah. Lingkungan  ketiga  adalah masyarakat, yang menjadi  panutan   bagi  seseorang  adalah  tokoh masyarakat  dengan  masa setelah anak-anak menjadi dewasa  atau duduk  di perguruan  tinggi. Selain  tokoh-tokoh  dalam rumah  tangga, sekolah dan  masyarakat  yang merupakan   person, kepribadian seorang anak juga memperoleh pengaruh dari benda-benda atau peralatan  dalam lingkungan  tersebut yang merupakan  non person. Karena itu dalam pembentukan  kepribadian pada  umumnya  anak-anak kota  lebih terampil  dibandingkan dengan anak  pedesaan, namun dalam  hubungan  bermasyarakat lebih-lebih  yang berjenjang  anak-anak  dari daerah  pedesaan lebih  unggul. Faktor ketiga yang menentukan  tingkah laku seseorang adalah pengalaman  yang khas yang  pernah  diperoleh.  Baik pengalaman  pahit yang  sifatnya negatif,  maupun  pengalaman manis  yang sifatnya positif. Memberikan pada manusia suatu bekal yang selalu dipergunakan sebagai pertimbangan sebelum seseorang mengambil tindakan. Mungkin sekali  bahwa berdasarkan hati  nurani seseorang mau menolong   orang  dalam  kesusahan, tetapi karena pernah  memperoleh   pengalaman  pahit  waktu mau  menolong seseorang sebelumnya, maka niat baiknya itu tertahan, sehingga diurungkan untuk membantu. Belajar hidup dari pengalaman inilah  yang  merupakan  pembentukan   budaya  dalam diri seseorang.

USAHA / PERJUANGAN

Usaha/perjuangan  adalah kerja keras untuk mewujudkan cita-cita. Setiap manusia harus kerja keras untuk  kelanjutan  hidupnya, Sebagian hidup manusia adalah  usaha/perjuangan. Perjuangan untuk hidup,  dan  ini sudah kodrat  manusia. Tanpa usaha/perjuangan, manusia tidak dapat hidup sempurna. Apabila manusia bercita-cita menjadi kaya, ia harus  kerja keras. Apabila seseorang bercita-cita menjadi ilmuwan, ia harus rajin belajar dan tekun serta memenuhi semua  ketentuan akademik.

Dalam agama pun  diperintahkan  untuk kerja keras. Sebagaimana  hadist yang diucapkan Nabi Besar Muhammad  S.A.W.  yang ditujukan  kepada para pengikutnya:

"Bekerjalah kamu seakan-akan kamu  hidup  selama-lamanya. dan beribadahlah  kamu  seakan-akan  kamu  akan mati besok." 

Allah berfirman  dalam Al-Qur'an  surat Ar-Ra'du ayat  II : 

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan  suatu  kaum,  kecuali jika  mereka  mengubah  keadaan  diri  mereka sendiri”.  

Dari hadist dan firman ini dapat dinyatakan  bahwa manusia  perlu kerja keras untuk memperbaiki   nasibnya sendiri.

KEYAKINAN / KEPERCAYAAN

Keyakinan/kepercayaan yang menjadi dasar pandangan hidup berasal dari akal atau kekuaasaan Tuhan. Menurut Prof.Dr.Harun Nasution, ada tiga aliran filsafat,yaitu aliran naturalisme, aliran intelektualisme, dan aliran gabungan.

(a)  Aliran  Naturalisme

Hidup manusia itu dihubungkan dengan kekuatan gaib yang merupakan kekuatan tertinggi. Kekuatan gaib itu dari natur, dan itu dari Tuhan. Tetapi bagi yang tidak percaya pada Tuhan, natur itulah yang tertinggi. Tuhan menciptakan alam semesta lengkap dengan hukum-hukumnya. secara mutlak dikuasai Tuhan. Manusia sebagai mahluk tidak mampu menguasai alam ini, karena manusia itu lemah. Manusia hanya dapat berusaha/berencana tetapi Tuhan yang menentukan .

Aliran naturalisme berintikan spekulasi, mungkin ada Tuhan mungkin juga tidak ada Tuhan. Lalu mana yang benar ? Yang benar adalah keyakinan. Jika kita yakin Tuhan itu ada, maka kita katakan Tuhan ada. Bagi yang tidak yakin, dikatakan Tuhan tidak ada yang ada hanya natur.

Bagi yang percaya Tuhan, Tuhan itulah kekuasaan tertinggi. Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan. Karena itu manusia mengabdi kepada Tuhan berdasarkan ajaran-ajaran Tuhan yaitu agama. Ajaran agama itu ada dua macam yaitu :
  1. Ajaran agama dogmatis, yang disampaikan oleh Tuhan melalui nabi-nabi. Ajaran agama yang dogmatis bersifat mutlak (absolut),terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan Hadist. Sifatnya tetap, tidak berubah-ubah.
  2. Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama,yaitu sebagai hasil pemikiran manusia, sifatnya relatif(terbatas).Ajaran agama dari pemuka-pemuka agama termasuk kebudayaan, terdapat dalam buku-buku agama yang ditulis oleh pemuka-pemuka agama. Sifatnya dapat berubah-ubah sesuai dengan perkembangan jaman.
(b)  Aliran  intelektualisme

Dasar aliran ini adalah logika / akal. Manusia mengutamakan  akal. Dengan akal manusia berpikir. Mana  yang  benar  menu rut akal  itulah  yang  baik,  walaupun  bertentangan   dengan kekuatan  hati nurani.  Manusia  yakin bahwa dengan kekuatan  pikir (akal) kebajikan  itu dapat dicapai dengan sukses. Dengan akal diciptakan teknologi.  Teknologi adalah a1at bantu mencapai kebajikan  yang maksimal,  walaupun  mungkin  teknologi  memberi  akibat  yang  bertentangan dengan  hati nurani.

Akal berasal  dan  bahasa  Arab,  artinya kalbu,  yang berpusat  di hati,  sehingga  timbul istilah “hati nurani”,  artinya daya rasa  Di Barat hati nurani ini menipis, justru  yang menonjol adalah  akal yaitu logika  berpikir,  Karena  itu aliran ini banyak  dianut  di kalangan  Barat  di Timur  orang mengutamakan   hati nurani,yang  baik menurut  akal belum  tentu  baik  menurut hati nurani.

Apabila  aliran ini dihubungkan  dengan pandangan  hidup, maka keyakinan  manusia  itu bermula dari akal. Jadi pandangan hidup ini dilandasi oleh keyakinan kebenaran  yang diterima akal.  Benar menurut  akal itulah  yang  baik. Manusia  yakin  bahwa  kebajikan  hanya  dapat diperoleh  dengan akal (ilmu dan teknologi). Pandangan hidup ini disebut llberalisme. Kebebasan akal  menimbulkan kebebasan bertingkah laku dan berbuat, walaupun tingkah laku dan perbuatan itu bertentangan dengan hati nurani. Kebebasan  akal lebih ditekankan  pada setiap individu. karena  itu individu yang berakal (berilmu dan berteknologi tinggi) dapat menguasai individu  yang  berpikir rendah  (bodoh).

(c)  Aliran  Gabungan

Dasar aliran ini ialah kekuatan gaib dan juga akal. kekuatan gaib artinya  kekuatan yang berasal  dan Tuhan,  percaya  adanya Tuhan  sebagai dasar keyakinan.  Sedangkan  akal adalah dasar kebudayaan, yang menentukan  benar  tidaknya  sesuatu.  Segala  sesuatu  dinilai  dengan akal,  baik sebagai logika  berpikir  maupun  sebagai  rasa (hati nurani).  Jadi,  apa yang benar menurut  logika  berpikir juga  dapat diterima  oleh hati nurani.

Apabila aliran ini dihubungkan  dengan pandangan hidup, maka akan timbul dua kemungkinan  pandangan hidup. Apabila keyakinan lebih berat didasarkan pada logika berpikir, sedangkan  hati nurani  dinomor duakan,  kekuatan gaib dari Tuhan  diakui  adanya  tetapi tidak menentukan, dan logika berpikir tidak ditekankan  pada logika berpikir individu, melainkan logika berpikir kolektif (masyarakat),  pandangan hidup ini disebut sosialisme.

Apabila dasar keyakinan itu kekuatan gaib dari Tuhan dan akal, kedua-duanya mendasari keyakinan secara berimbang, akal dalam arti baik sebagai logika berpikir maupun sebagai daya rasa (hati nurani), logika berpikir baik secara individual maupun secara kolektif pandangan hidup ini disebut sosialime – religius. Kebajikan yang dikehendaki  adalah kebajikan menurut logika berpikir dan dapat diterima oleh hati nurani, semuanya itu berkat karunia Tuhan.

LANGKAH-LANGKAH  BERPANDANGAN HIDUP YANG BAlK

Manusia pasti mempunyai pandangan hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang memperlakukan sebagai penimbul kesejahteraan,  ketentraman dan sebagainya.

Akan tetapi yang terpenting, kita seharusnya mempunyai langkah-langkah  berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai langkah-langkah  itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup  sebagai  sarana mencapai tujuan dan  cita-cita dengan  baik.  Adapun langkah-langkah itu sebagai berikut :

(1)   Mengenal

Mengenal merupakan suatu kodrat bagi manusia yaitu merupakan  tahap pertama dari setiap aktivitas hidupnya yang dalam hal ini mengenal apa itu pandangan  hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup, maka kita dapat memastikan bahwa pandangan hidup itu ada sejak manusia itu ada, dan bahkan hidup itu ada sebelum manusia itu belum turun ke dunia. 

(2)  Mengerti

Tahap kedua untuk berpandangan hidup yang baik adalah mengerti. Mengerti disini dimaksudkan mengerti terhadap pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan pada Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti apa  Pancasila dan  bagaimana  mengatur  kehidupan bernegara.  Begitu  juga  bagai yang  berpandangan hidup pada agama Islam.  Hendaknya  kita mengerti apa itu Al-Qur’an, Hadist itu dan bagaimana ketiganya  itu mengatur kehidupan  baik di dunia maupun di akherat Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan dari mana Al Qur’an, hadist, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian  mempunyai suatu konsep pengertian tentang pandangan  hidup dalam  Agama  Islam.

(3)  Menghayati

Langkah  selanjutnya  setelah mengerti pandangan  hidup adalah menghayati  pandangan hidup  itu. Dengan  menghayati  pandangan  hidup kita memperoleh  gambaran  yang  tepat dan benar  mengenai  kebenaran pandangan  hdiup  itu sendiri.

(4)  Meyakini

Setelah mengetahui  kebenaran dan validitas, baik secara kemanusiaan,  maupun  ditinjau dan  segi kemasyarakatan  maupun  negara  dan dari  kehidupan  di akherat,  maka  hendaknya kita meyakini pandangan  hidup  yang telah kita hayati itu. Meyakini  ini merupakan  suatu hal untuk cenderung memperoleh  suatu kepastian sehingga dapat mencapai suatu tujuan hidupnya.

(5.)  Mengabdi

Pengabdian merupakan sesuatu hal yang penting dalam menghayati dan meyakini sesuatu yang telah dibenarkan dan diterima baik oleh dirinya lebih-lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka kita akan merasakan manfaatnya Sedangkan perwujudan manfaat mengabdi ini dapat dirasakan oleh pribadi kita sendiri. Dan manfaat itu sendiri bisa terwujud di masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat.

(6) Mengamankan

Mungkin sudah merupakan sifat manusia bahwa bila sudah mengabdikan diri pada suatu pandangan hidup lalu ada orang lain yang mengganggu  dan atau meyalahkannya  tentu dia tidak menerima dan bahkan cenderung untuk mengadakan perlawanan. Hal ini karena kemungkinan  merasakan  bahwa dalam berpandangan hidup  itu dia  telah  mengikuti langkah-langkah sebelumnya dan langkah-langkah  yang ditempuhnya itu telah dibuktikan kebenarannya sehingga akibatnya bila ada orang lain yang mengganggunya maka dia pasti akan mengadakan suatu respon entah respon itu berwujud tindakan atau lainnya.

Proses  mengamankan ini merupakan langkah terakhir.Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan  bila belum mendalami  langkah sebelumnya  lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang terakhir  ini merupakan  langkah  terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tegaknya pandangan hidup  itu.

Misalnya seorang yang beragama Islam dan berpegang teguh kepada  pandangan hidupnya, lalu suatu ketika  dia dicela baik secara langsung  ataupun  secara  tidak  langsung, maka jelas  dia  tidak menerima  celaan  itu. Bahkan  bila ada orang  yang  ingin  merusak  atau bahkan  ingin memusnahkan   agama  Islam baik terang-terangan   ataupun   secara  diam-diam, sudah  tentu  dan sudah  selayaknya  kita mengadakan  tindakan  terhadap  segala  sesuatu  yang menjadi  pengganggu.

Source:
https://sanusiadam79.wordpress.com/2013/04/25/manusia-dan-pandangan-hidup/

SHARE
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar